Masyarakat indonesia merupakan salah satu penggila bola sejak dulu selain suporter tim lokal juga merupakan suporter layar kaca para tim di eropa. Berdasarkan Andibactiar Yusuf, komentator sepak bola dan pembuat film, dalam pernyataan di Yokohama Football Film Festival 2011 bahwa 80% Indonesia mencintai sepak bola dan 20% di antara mereka adalah fans garis keras. Selain itu, pada tengah pekan dan akhir pekan orang Indonesia tidak pernah ragu-ragu begadang untuk menonton pertandingan sepak bola di televisi untuk mendukung tim favorit mereka atau tim nasional lainnya yang terpisah jutaan mil dari rumah mereka. Realitas di atas menarik sepakbola Indonesia memiliki dasar fanatisme yang luar biasa, tetapi tidak ada yang mengambil keuntungan dari itu. Untuk alasan ini, sepak bola Indonesia harus menjadi industri untuk memanfaatkan semua potensi dan membawa sepakbola untuk era yang lebih baik. pendapatan dari klub sendiri sebenarnya sangat banyak kalo mau dikelola secara profesional.
Selain dari hak siar dan sponsor, pendapatan yang cukup menggiurkan dapat dihasilkan dari Stadion. Stadion adalah simbol dan identitas sebuah klub sepakbola. Stadion tidak hanya difungsikan sebagai venue pertandingan sepakbola, namun juga dapat memberikan fungsi dan manfaat lebih bagi pengelolanya bila pintar mengelolanya. Apa saja pendapatan tambahan yang bisa didapat oleh klub dari sebuah stadion?
1. Tiket Musiman/Seasons Ticket
Borussia Dortmund di musim 2010/2011 menjual sekitar 51200 tiket musiman dengan harga 176,5 euro(berdiri) - 847 euro(duduk). Jumlah tiket yang terjual mampu meng-cover sekitar 60% kapasitas stadion Signal Iduna Park(80.720).
Borussia Dortmund memegang rekor sebagai salah satu klub Eropa yang menjual tiket musiman terbanyak. Di Jerman sendiri posisi Borussia Dortmund diikuti oleh Schalke 04 dan Bayern Munich. Dengan lebih dari 60persen kursi tribun terjual, kini para puluhan ribu fans Dortmund harus memperebutkan tiket tersisa lewat beberapa jalur seperti ticket shop, ticket agent, dsb.
Sementara itu di Inggris, Manchester United menjadi klub dengan penjualan tiket musiman terbanyak. Tahun lalu lebih dari 50.000 tiket musiman terjual dari target 54.000 lembar. Jumlah ini turun dibandingkan 3 tahun lalu dimana jumlah tiket musiman yang terjual mencapai 64.000 lembar dengan 8500 diantaranya kursi premium(7000executive seats dan 1500 hospitality packages).
Klub Inggris lain, khususnya yang berlokasi di London saling berlomba untuk mendapatkan pemasukan terbanyak dari tiket musiman. Arsenal sejak pindah ke Stadion Emirates beberapa tahun lalu mampu menangguk kenaikan pendapatan secara signifikan daripada ketika bertandang ke Highbury.
• hasil riset tiket , bersumber dari guardian, klub, bundesligafootball.co.uk, regioni.italiane.com andagenciaosasunista.com. Premier League ticket prices bersumber dr BBC.
Harga tiket musiman di Stadion Emirates merupakan salah satu yang termahal di Inggris. Semusimnya para pendukung The Gunners(julukan Arsenal) harus merogoh kocek sebesar 985-1955 poundsterling. Meski berharga mahal, musim lalu ada 40000 suporter yang masuk dalam daftar tunggu untuk mendapatkan tiket musiman.
Hal yang serupa terdapat di Chelsea. Klub yang dimiliki Roman Abramovich tahun ini menjual tiket musiman yang cukup mahal dibandingkan kontestan Liga Premier Inggris lainnya. Tiket musiman di Stamford Bridge dijual seharga 595-1250 poundsterling. Sekitar 24000 tiket terjual dibandingkan kapasitas stadion yang sebesar 42000 penonton. Dengan penjualan tersebut Chelsea mendapatkan pemasukan lebih dari 13juta poundsterling.
2. Corporate Box/Premium Seats
Stadion sepakbola di Eropa banyak dilengkapi dengan area untuk pelanggan corporate. Umumnya mereka disediakan semacam ruangan yang eksklusif tidak hanya sekedar menikmati pertandingan diatas lapangan tetapi juga menikmati berbagai fasilitas yang disediakan oleh klub dan panpelnya. Istilahnya, one stop service.
Service yang diberikan oleh klub memang meliputi ruangan dengan furniturenya, bahkan seringkali dengan fasilitas lain seperti televisi yang dapat memantau jalannya pertandingan, perangkat meja makan dengan berbagai fasilitas diatas, dan sebagainya. Para pelanggan juga dapat memesan makanan lewat telepon, dan dalam waktu yang tidak begitu lama, makanan/minuman yang dipesan sudah dapat tersaji diatas meja.
Klub-klub besar seperti Manchester United sangat memahami tentang berbisnis di sektor ini. Di Old Trafford, kursi premium dan corporate boxes dijual untuk pelanggan dari kalangan atas. Meski kapasitasnya kurang dari 15% dari kapasitas stadion Old Trafford yang berjumlah 76000 penonton, namun pendapatan yang diraih MU mampu mencapai 40% dari pendapatan di hari pertandingan.
Rival MU di Liga Premier Inggris pun demikian. Chelsea memiliki Stamford Bridge dengan infrastruktur yang mendukung untuk mewujudkan hal tersebut. Kursi premium di Stamford Bridge dijual dengan harga mencapai 1000 dolar Amerika, sementara itu didalam stadion terdapat sekitar 70 ruangan mewah yang dijual termasuk ketika Chelsea melawan klub-klub medioker.
Klub seperti Everton pun tidak ketinggalan. Goodison Park menyediakan fasilitas untuk para pelanggan corporatenya. Untuk memanjakan pelanggannya tersebut Everton melakukan renovasi corporate lounge-nya dan menamakannya ‘Dixie Dean’, salah satu legenda Everton.
Peluang bisnis diatas tidak hanya dimonopoli oleh klub-klub di Inggris, di Spanyol Nou Camp(Barcelona) dan Santiago Bernabeu(Real Madrid) juga memilikinya. Ketika Florentino Pérez menjadi presiden Real Madrid, ia meluncurkan sebuah “master plan” dengan satu tujuan: untuk meningkatkan kualitas kenyamanan Santiago Bernabéu beserta fasilitasnya,. Manfaatnya terdapat pada kenaikan pendapatan dari stadion.
Florentino Perez menginvestasikan lebih dari 127juta euro dalam waktu 5 tahun(2001-2006). Ia melakukan ekspansi di sisi timur stadion dan menambahkan berbagai macam fasilitas seperti Corporate boxes, area VIP, restoran dan bar yang baru, lift panorama, eskalator dan mengimplementasikan sebuah bangunan serba guna di jalan Father Damien.
Rival el classico Real Madrid, Barcelona FC juga memberikan layanan kepada pelanggan kelas atas sejak tahun 1980. Hal ini sejalan dengan digelarnya Piala Dunia di Spanyol 2 tahun sesudahnya. Beberapa fasilitas seperti Corporate Box dan VIP lounge ditambahkan didalamnya.
3. Penjualan Hak Nama Stadion
Publik boleh jadi ikut terkejut ketika Arsenal memutuskan menjual nama stadionnya yang baru dibangun di Ashburton Grove dibulan Oktober 2004. Nyatanya penjualan nama stadion ke perusahaan jasa penerbangan Emirates Airline mampu memberikan dana segar kepada Arsenal sebesar 100juta poundsterling. Imbal baliknya, Nama stadion berubah menjadi Emirates Stadium dengan jangka waktu pemakaian selama 15 tahun sejak tahun 2006 lalu.
Hal yang sama dilakukan oleh Manchester City. Klub Inggris itu telah menjual hak pemakaian nama stadion miliknya kepada maskapai penerbangan asal Abu Dhabi. Kontraknya sebesar 150 juta pound sterling (Rp 2 triliun) selama 15 tahun. Kedepan tidak ada lagi nama City of Manchester Stadium di kurun waktu tersebut dan akan berganti menjadi Etihad Stadium. Menariknya, Stadion tersebut sebenarnya bukanlah milik Manchester City, tepatnya milik Dewan Kota Manchester (Pemkot Manchester). Kabarnya Manchester City tertarik untuk membeli stadion tersebut di kemudian hari.
Klub lain seperti Bayern Muenchen juga tidak ketinggalan. Bayern Muenchen menjual nama stadionnya menjadi Allianz Arena kepada perusahaan asuransi Allianz. Bayern Muenchen mendapat pemasukan sebesar 4juta poundsterling setiap tahun. Di Jerman sendiri Bayern Muenchen tidak sendiri. Banyak klub Bundesliga lain yang mendapat sponsor dari penjualan nama stadion seperti Marcedes-Benz Arena(VFB Stuttgart), Commerzband-Arena(Eintracht Frankfurt), Rhein Energie Stadion(FC Koln), dll.
Kedepan sudah terdapat beberapa klub besar Eropa yang berencana menjual nama stadionnya. Chelsea akan menjual nama stadionnya, Stamford Bridge kepada sponsor meski kata Stamford dan Bridge tetap harus dicantumkan berdampingan dengan nama sponsor.
Liverpool juga berencana menjual nama stadion barunya, Stanley Park. ”Kami memiliki hak yang sama dalam hal mencari investor untuk menanamkan sahamnya melalui nama stadion.Kegiatan seperti itu sudah mewabah dan sangat disayangkan jika Liverpool tak memanfaatkannya,” tutur Direktur Komersial Liverpool Ian Ayre, dikutip soccernet. Namun ide ini ditentang oleh para pendukungnya.
Klub lain seperti Tottenham Hotspur juga berencana menjual nama stadionnya setelah membangun baru sebuah stadion dengan meninggalkan stadion yang lama, White Hart Lane. Seperti yang sudah diketahui, White Hart Lane yang berumur lebih dari 1 abad hanya memiliki kapasitas kurang dari 37ribu penonton, dipandang kurang representatif untuk menampung seluruh penggemar Spurs(julukan Tottenham Hotspur) yang terus bertambah.
Sedangkan di Italia Juventus menjadi pelopor dengan membangun stadion baru mereka dengan konsep modern dan fasilitasnya juga lengkap dengan menyediakan 41.000 tempat duduk standar dan sekitar 3.600 seat khusus (premium). Selain itu, dibangun pula 120 Corporate Box Executive , yang tentunya ditujukan bagi para eksekutif atau orang-orang penting yang hendak menonton pertandingan.
Juventus tentu berharap bisa memaksimalkan kepemilikan stadion sendiri ini untuk menjaring pemasukan baru yang lebih besar dari para fans. Ini adalah sebuah hal yang tidak bisa dilakukan klub lain di Italia karena masalah kepemilikan stadion. Di Italia rata-rata hanya 13 persen pemasukan klub yang berasal dari kehadiran penonton, bandingkan dengan 27 persen yang didapat oleh klub-klub di Jerman dan Inggris. Stadion lama memberikan Juventus € 11 juta per musim, sedangkan stadion baru ini bisa membuat klub mendapatkan €32 juta per musim. Dan tentu hal ini akan membantu Juventus dalam memenuhi peraturan Finacial Fair Play, dimana lewat stadion baru ini, Juventus bisa mendapatkan pemasukkan lebih untuk keuangan klub. Peran serta investasi Nike dan Sony juga membantu dalam pembangunan Juventus Stadium tersebut. Juventus juga bisa mendapatkan dana lebih dengan menjual nama stadion ke pihak sponsor, gosipnya hak nama stadion akan diberikan kepada Sportfive (semacam broker olahraga), yang sudah membayar klub dengan nilai kesepakatan mencapai €75 juta, Sportfive kemudian akan mencari sponsor yang akan mengunakan stadion baru Juventus tersebut dengan namanya, namun belum ada pernyataan resmi klub mengenai hal tersebut. Saat ini nama yang digunakan masih Juventus Stadium.
4. Tour ke Stadium dan Museum
Beberapa stadion besar di Eropa memiliki sebuah museum dengan berbagai pertunjukan memorabilia didalamnya. Juventus dengan J Museumnya
Barcelona dengan Stadion Camp Nou membuka pendaftaran tour sejak tanggal 24 September 1984. Tahun lalu saja sekitar 1,1juta orang mengunjungi museum ini. Dengan biaya masuk sebesar belasan euro, Nou Camp merupakan contoh ekonomis bagi keberadaan sebuah stadion.
Klub lain seperti Manchester United(tahun 1995) dan Real Madrid(2003). Tour ke markas Manchester United, Old Trafford tidak hanya memperlihatkan memorabilia klub di dalam museum, namun juga kunjungan ke lapangan stadion, ruang ganti pemain, dan berbagai sudut stadion lainnya. Tak lupa, petugas stadion juga menunjukkan ke area fanshop tempat pengunjung dapat membeli oleh-oleh berupa merchandise.
5. Restaurant dan Merchandise Shop, dll.
Stadion dapat difungsikan sebagai suatu bangunan multiguna. Dengan besarnya bangunan seirngkali banyak menyisakan ruang kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan bisnis.
- Stadion Utama Kaltim sebenarnya merupakan pelopor stadion modern di indonesia , Stadion Utama Kaltim atau lebih dikenal dengan Stadion Palaran di kota Samarinda yang diresmikan pada tahun 2008 untuk kegiatan PON di Kaltim. Stadion ini dibiayai dengan APBD Provinsi Kalimantan Timur ( Kaltim ) sehingga menjadi milik Pemprov Kaltim, sejak PON lima tahun lalu praktis tidak pernah terdengar dipakai lagi . Kesebelasan Persisam Putra Samarinda lebih memilih Stadion Segiri yang mungkin lebih dekat dengan pusat kota dan bea sewa yang lebih murah. Tidak pernah terdengar pertandingan internasional dihelat disana. Letaknya dipinggiran kota dan jauh dari bandara menjadi kendala. Salah satu syarat untuk pertandingan resmi FIFA, jarak minimal stadion dengan bandara adalah 100 km.
- Stadion Gelora Bung Tomo ( GBT ) di Surabaya meskipun tidak mubazir namun kurang maksimal karena letaknya dipinggiran dan akses jalan serta transportasi yang masih sulit. Persebaya Surabaya hanya sesekali memakainya untuk pertandingan internasional sementara untuk pertandingan reguler mereka kembali ke kandang lama di Tambak Sari yang di pusat kota. Pemerintah provinsi Jawa Timur sebetulnya sempat mengajukan GBT menjadi venue andalan ketika mencalonkan Surabaya sebagai tuan rumah Asian Games 2019 namun gagal karena kalah dengan kota Hanoi.
- Stadion Utama Riau, adalah stadion megah berikutnya yang berpotensi mubazir. Stadion ini menghabiskan biaya APBD Provinsi Riau lebih dr 1 T. Publik sempat berkesempatan melihat kemegahan dan kualitas rumput stadion ketika menjadi tuan rumah Pra Piala Asia U-22. Setelah dipakai untuk PON, stadion ini kembali menganggur karena PSPS Pekanbaru, klub setempat justru tidak berhome base disana. Mereka memilih bertanding dikandang lama mereka Stadion Kaharudin Nasution di Rumbai. Malahan terakhir mereka akan hengkang ke Bangkinang, kabupaten Kampar karena (konon) mendapat investor disana. Rencananya Stadion Utama Riau akan menjadi tuan rumah Islamic Olympic Games yang ternyata gagal juga setelah dinilai tidak siap oleh menpora. Padahal situs stadionDB.com memasukkan stadion ini sebagai kandidat 10 stadion baru terbaik di dunia tahun 2012. Masalah ini semakin ruwet karena seperti diketahui, Pemprov Riau masih berutang Rp250 miliar kepada kontraktor yang mengerjakan stadion tersebut, sehingga kontraktor menyegel bangunan megah ini.
Untuk GBLA sudah disediakan corporate box untuk disewa-sewakan , serta kios2 , ruang serbaguna
Moga-moga dengan dibangunnya stadion Gelora Bandung Lautan Api menjadi semacam pemicu untuk dibangunnya fasilitas2 lain di Indonesia lainnya untuk menyukseskan sepakbola industri di indonesia. Selain itu dukungan PSSI dengan kebijakan2 strategisnya sangat diharapkan . Ini merupakan Sharing saja karena banyak yang lebih pengalaman dari penulis sehingga diharapkan usulan dan masukannya demi sepakbola Indonesia kedepannya.