Proyek Kelapa gading banyak kenangan sekaligus pelajaran yang dipetik disana. Proyek yang berdiri diatas rawa dengan tanah boncos dan sangat tidak layak untuk dibangun (dengan metode normal) tapi tetap saja dibangun dengan serampangan. permasalahannya terletak pada sistem galian kita yang opencut sedangkan disekitarnya sudah ada ruko yang dibangun dan tanah yang sangat labil dan gaya lateral yang signifikan membuatnya semakin buruk. Serah terima lahan yang terlalu gegabah sedangkan pancang dilakukan pihak owner merupakan awal dari segala masalah ini berawal. longsor dan tiang pancang disetiap areal merupakan santapan tiap harinya , masalah tanah antara lain :
1. Pagar dan jalan areal Artha gading longsor
Awal sebelum longsor bangunan pagar memisahkan proyek kita dengan mall artha gading berdiri cukup kokoh sebelum ada galian dan lain-lainnya
Kejadian berlangsung bertahap ketika mulai ada cracking kita paham akan terjadinya longsor diareal itu , segera kita tutupi lereng dengan menggunakan terpal agar tidak terjadi longsor karena hujan terus2an mengguyur areal proyek dan sekitar selain itu kita menggunakan dolken untuk menahan agar tidak longsor dan lereng lebih stabil.
Kejadiannya sangat cepat , akumulasi hujan dan gaya lateral yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan retaining wall yang memadai mengawali kelongsoran tanah dan berakibat pogor hampir roboh.
tampak dari samping perbatasan areal proyek dan artha gading dan akibat dari longsoran akibat lereng tidak stabil
2. Areal sisi barat
Areal sisi barat merupakan akses utama untuk masuknya material dan truk mixer sehingga menerima beban yang cukup tinggi . hal ini menyebabkan tiang pancang diareal itu paling banyak mengalami kemiringan dikarenakan merupakan jalan akses utama truk material sehingga bebannya cukup besar dan merupakan tempat storage material.
Sebelum terjadinya longsor areal barat
1. Pagar dan jalan areal Artha gading longsor
Awal sebelum longsor bangunan pagar memisahkan proyek kita dengan mall artha gading berdiri cukup kokoh sebelum ada galian dan lain-lainnya
Kejadian berlangsung bertahap ketika mulai ada cracking kita paham akan terjadinya longsor diareal itu , segera kita tutupi lereng dengan menggunakan terpal agar tidak terjadi longsor karena hujan terus2an mengguyur areal proyek dan sekitar selain itu kita menggunakan dolken untuk menahan agar tidak longsor dan lereng lebih stabil.
Kejadiannya sangat cepat , akumulasi hujan dan gaya lateral yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan retaining wall yang memadai mengawali kelongsoran tanah dan berakibat pogor hampir roboh.
tampak dari samping perbatasan areal proyek dan artha gading dan akibat dari longsoran akibat lereng tidak stabil
2. Areal sisi barat
Areal sisi barat merupakan akses utama untuk masuknya material dan truk mixer sehingga menerima beban yang cukup tinggi . hal ini menyebabkan tiang pancang diareal itu paling banyak mengalami kemiringan dikarenakan merupakan jalan akses utama truk material sehingga bebannya cukup besar dan merupakan tempat storage material.
Sebelum terjadinya longsor areal barat
Selain sebagai akses temporary utama areal sisi barat dipergunakan sebagai sarana penunjang infrastruktur untuk seluruh proyek di
lingkungan Kelapa Gading Square, termasuk untuk proyek City Home. Disamping itu
disebelah barat jalan akses tersebut terdapat Kali Gendong (dengan dimensi
melintang 10 x 6 x 3) yang merupakan area tampungan air, baik air hujan ataupun
air dewatering (Buffer Pond)
proyek-proyek dikawasan Kelapa Gading Square. (lay out terlampir)
Dalam
pelaksanaan pekerjaan galian tanah, terutama area Tower 7 dan Tower 9 serta
area podium yang terletak diantaranya ,
area sisi barat dibuat kemiringan (slope) dengan perbandingan 1 : 1, disamping
itu diproteksi dengan tiang kayu dolken penahan tanah (panjang 2 – 4 m), yang
dipancang sesuai area galian dan ditutup
dengan plastic terpal biru. Pelaksanaan
penggalian dibuat secara bertahap sesuai dengan sequence pekerjaan, dengan
prioritas mengerjakan area tower terlebih dahulu, oleh sebab itu area tersebut
tidak dibuka secara frontal,
Karena
area tersebut berdekatan dengan akses temporary utama, maka lalu lintas yang
melintasi berupa alat-alat berat dan kendaraan berat yang beroperasi hampir 24
jam sehari serta disebabkan hujan turun hampir setiap hari, pada periode bulan
Oktober, dimana hujan turun sepanjang hari, tepatnya tanggal 30 Oktober 2005,
terjadilah longsor pada area sepanjang sisi barat diatas. Bidang longsor tersebut semakin bertambah
dari waktu ke waktu hingga periode bulan Januari 2006, meskipun sudah dilakukan
proteksi untuk mencegah kelongsoran yang lebih parah. (denah terlampir)
Area
tersebut belum dibuka atau digali karena sequence atau prioritas
pekerjaan belum mengarah ke lokasi sisi barat selatan, sehingga pada saat
kelongsoran belum dapat dijustifikasi
kondisi tiang-tiang miring yang
berada pada bidang longsor tersebut.
Pendataan
tiang miring serta perbaikannya dilakukan secara sequential (berurutan), sesuai
kondisi/kebutuhan pekerjaan dan tidak secara frontal, karena bila dilakukan secara serentak kelongsoran
akan semakin parah. Adapun perbaikan tiang-tiang yang miring tersebut diganti
dengan metode pemancangan tiang ulang ( ratio penggantian 1 : 1) serta dengan
metode pondasi wash boring (ratio penggantian 1 : 1.5 – 2).
Proses
Justifikasi dan perbaikan tiang miring disisi barat selatan, dilakukan dalam
dua tahap, yaitu :
- Tahap pertama dilakukan pembukaan lahan longsor secara bertahap dari sisi timur
pada bulan November 2005 untuk area Tranfer Beam (As CHJ – CHK), perbaikan tiang
pada area tersebut menggunakan
metode Tiang Pancang Ulang (ratio penggantian 1 : 1), kemudian pada bulan
Februari 2006 tahap selanjutnya dilakukan pengalian untuk transfer beam
dan retaining wall (As CHK –
CHL+), Proses penggantiannya dengan
menggunakan metode wash boring (dengan ratio 1 : 1,5 – 2), kedua hal
diatas tidak dapat dilakukan secara bersamaan dan membutukan kehati-hatian
yang tinggi, untuk menghindari longsoran yang lebih parah.
- Tahap kedua pada as sebelahnya, sisi
retaining wall dimana penggalian dilakukan pada bulan Januari 2006,
kondisi kelongsoran ini diperparah dengan hujan yang turun pada sepanjang
bulan Januari 2006. Kemiringan tiang pada area ini diperbaiki dengan
menggunakan metode tiang pancang ulang (ratio penggatian tiang 1 : 1)
Pada
saat proses justifikasi, penggalian sisi retaining wall serta perbaikan tiang
yang miring, area sisi barat
selatan, diproteksi dengan temporary
retaining wall yang menggunakan steel sheet pile yang dipasang mengikuti
batasan lahan yang akan digali, hal ini dilakukan karena kelongsoran terus
berlangsung pada saat pembukaan lahan tersebut.
Bahkan
pemakaian sheet pile masih harus ditunjang dengan konstruksi Baja H Beam yang
dipasang pada sisi struktur yang telah jadi (Post Shore), untuk mencegah
dorongan tanah/longsoran kearah sisi
galian.
0 comments:
Post a Comment