Wednesday, December 26, 2012

Terjal di Kelapa Gading ( Part I )

Proyek Kelapa gading banyak kenangan sekaligus pelajaran yang dipetik disana. Proyek yang berdiri diatas rawa dengan tanah boncos dan sangat tidak layak untuk dibangun (dengan metode normal) tapi tetap saja dibangun dengan serampangan. permasalahannya terletak pada sistem galian kita yang opencut sedangkan disekitarnya sudah ada ruko yang dibangun dan tanah yang sangat labil dan gaya lateral yang signifikan membuatnya semakin buruk. Serah terima lahan yang terlalu gegabah sedangkan pancang dilakukan pihak owner merupakan awal dari segala masalah ini berawal. longsor dan tiang pancang disetiap areal merupakan santapan tiap harinya , masalah tanah antara lain :

1. Pagar dan jalan areal Artha gading longsor

Awal sebelum longsor bangunan pagar memisahkan proyek kita dengan mall artha gading berdiri cukup   kokoh sebelum ada galian dan lain-lainnya
Kejadian berlangsung bertahap ketika mulai ada cracking kita paham akan terjadinya longsor diareal itu , segera kita tutupi lereng dengan menggunakan terpal agar tidak terjadi longsor karena hujan terus2an mengguyur areal proyek dan sekitar selain itu kita menggunakan dolken untuk menahan agar tidak longsor dan lereng lebih stabil.
 Kejadiannya sangat cepat , akumulasi hujan dan gaya lateral yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan retaining wall yang memadai mengawali kelongsoran tanah dan berakibat pogor hampir roboh.

tampak dari samping perbatasan areal proyek dan artha gading dan akibat dari longsoran akibat lereng tidak stabil

2. Areal sisi barat

Areal sisi barat merupakan akses utama untuk masuknya material dan truk mixer sehingga menerima beban yang cukup tinggi . hal ini menyebabkan tiang pancang diareal itu paling banyak mengalami kemiringan dikarenakan merupakan jalan akses utama truk material sehingga bebannya cukup besar dan merupakan tempat storage material.


Sebelum terjadinya longsor areal barat


Selain sebagai akses temporary utama areal sisi barat dipergunakan sebagai sarana penunjang infrastruktur untuk seluruh proyek di lingkungan Kelapa Gading Square, termasuk untuk proyek City Home. Disamping itu disebelah barat jalan akses tersebut terdapat Kali Gendong (dengan dimensi melintang 10 x 6 x 3) yang merupakan area tampungan air, baik air hujan ataupun air dewatering (Buffer Pond)  proyek-proyek dikawasan Kelapa Gading Square. (lay out terlampir)

Dalam pelaksanaan pekerjaan galian tanah, terutama area Tower 7 dan Tower 9 serta area podium yang terletak diantaranya , area sisi barat dibuat kemiringan (slope) dengan perbandingan 1 : 1, disamping itu diproteksi dengan tiang kayu dolken penahan tanah (panjang 2 – 4 m), yang dipancang sesuai area galian dan  ditutup dengan plastic terpal biru.  Pelaksanaan penggalian dibuat secara bertahap sesuai dengan sequence pekerjaan, dengan prioritas mengerjakan area tower terlebih dahulu, oleh sebab itu area tersebut tidak dibuka secara frontal,

Karena area tersebut berdekatan dengan akses temporary utama, maka lalu lintas yang melintasi berupa alat-alat berat dan kendaraan berat yang beroperasi hampir 24 jam sehari serta disebabkan hujan turun hampir setiap hari, pada periode bulan Oktober, dimana hujan turun sepanjang hari, tepatnya tanggal 30 Oktober 2005, terjadilah longsor pada area sepanjang sisi barat diatas.  Bidang longsor tersebut semakin bertambah dari waktu ke waktu hingga periode bulan Januari 2006, meskipun sudah dilakukan proteksi untuk mencegah kelongsoran yang lebih parah. (denah terlampir)

Area tersebut  belum dibuka  atau digali karena sequence atau prioritas pekerjaan belum mengarah ke lokasi sisi barat selatan, sehingga pada saat kelongsoran belum dapat dijustifikasi  kondisi  tiang-tiang miring yang berada pada bidang longsor tersebut.
Pendataan tiang miring serta perbaikannya dilakukan secara sequential (berurutan), sesuai kondisi/kebutuhan pekerjaan dan tidak secara frontal, karena  bila dilakukan secara serentak kelongsoran akan semakin parah. Adapun perbaikan tiang-tiang yang miring tersebut diganti dengan metode pemancangan tiang ulang ( ratio penggantian 1 : 1) serta dengan metode pondasi wash boring (ratio penggantian 1 : 1.5 – 2). 

Proses Justifikasi dan perbaikan tiang miring disisi barat selatan, dilakukan dalam dua tahap, yaitu :
  • Tahap pertama dilakukan pembukaan lahan longsor secara bertahap dari sisi timur pada bulan November 2005 untuk area Tranfer  Beam (As CHJ – CHK), perbaikan tiang pada area tersebut   menggunakan metode Tiang Pancang Ulang (ratio penggantian 1 : 1), kemudian pada bulan Februari 2006 tahap selanjutnya dilakukan pengalian untuk transfer beam dan retaining wall  (As CHK – CHL+),  Proses penggantiannya dengan menggunakan metode wash boring (dengan ratio 1 : 1,5 – 2), kedua hal diatas tidak dapat dilakukan secara bersamaan dan membutukan kehati-hatian yang tinggi, untuk menghindari longsoran yang lebih parah. 
  • Tahap kedua pada as sebelahnya, sisi retaining wall dimana penggalian dilakukan pada bulan Januari 2006, kondisi kelongsoran ini diperparah dengan hujan yang turun pada sepanjang bulan Januari 2006. Kemiringan tiang pada area ini diperbaiki dengan menggunakan metode tiang pancang ulang (ratio penggatian tiang  1 : 1)

Pada saat proses justifikasi, penggalian sisi retaining wall serta perbaikan tiang yang miring,  area sisi barat selatan,  diproteksi dengan temporary retaining wall yang menggunakan steel sheet pile yang dipasang mengikuti batasan lahan yang akan digali, hal ini dilakukan karena kelongsoran terus berlangsung pada saat pembukaan lahan tersebut. 
Bahkan pemakaian sheet pile masih harus ditunjang dengan konstruksi Baja H Beam yang dipasang pada sisi struktur yang telah jadi (Post Shore), untuk mencegah dorongan tanah/longsoran  kearah sisi galian. 




0 comments:

Post a Comment