Saturday, January 26, 2013

Juventus Stadium - The new era of italian football - (Part1)




“Memiliki stadion sendiri adalah hal yang mendasar bagi sebuah klub sepakbola modern. Juve, seperti banyak klub Eropa lainnya, bisa memaksimalkan semua yang ditawarkan oleh stadion mereka sendiri”
(Direktur Komersial Juventus, Francesco Calvo, Football Italia)
Juventus membeli Stadion Delle Alpi, yang dibuka menjelang Piala Dunia 1990 lalu, pada musim panas tahun 2003, dengan harga sekitar €25 juta. Tak puas dengan kondisi stadion tersebut, Juve kemudian berenc ana untuk merombaknya dan memulai perombakan tersebut pada tahun 2006. Seluruh konstruksi stadion lama dihancurkan hingga nyaris rata dengan tanah, untuk kemudian dibangun ulang dengan sebuah konsep yang sangat berbeda. Dan pada tanggal 8 September 2011, Juventus berhasil mewujudkan impiannya tersebut, dan kembali mencatat sejarah dalam sepakbola Italia, sebagai klub Italia pertama yang memiliki stadion sendiri. Berikut saya akan bagikan bersama data dan fakta seputar stadion baru Juventus, yang saya kutip dari berbagai sumber (Bola, Goal.com, Juventus.com, Tuttosport, Football Italia,Wikipedia, Supersoccer.co.id, Juventiknows) dan dilengkapi dengan foto-foto yang sangat menarik untuk disimak.

Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadio Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesenadan San Siro di Milan,Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.

Bagian atas, dilengkapi dengan sumber penerangan yang sangat baik dan sangat diperlukan dalam kegunaannya- khusus disesuaikan dengan gaya ketangguhan yang selalu menjadi ciri khas klub – Bagian stadion ini juga ditingkatkan, dengan anak tangga dan undakan-undakan: semuanya disusun menjadi bentuk setengah lingkaran yang unik yang saling berhubungan tanpa adanya unsur pemisah. Bangunan penutup glacis, akan diproyeksikan pada lorong ventilasi (Wind Tunnel), kondisi ini terinspirasi pada teknologi yang diterapkan pada sayap pesawat: Bangunan ini akan memiliki sumber pencahayaan yang bagus, yang direalisasikan dengan cara membangun separuh bangunan atap secara transparan dan sebagian lagi dengan lapisan yang pekat, hal ini dilakukan dengan tujuan agar tercipta sebuah sudut pandang yang baik ke arah lapangan, baik dalam kondisi siang hari maupun di malam hari, dengan memberikan jaminan pencahayaan yang mencukupi, agar rumput dapat tumbuh di lapangan. Tutup pada bangunan juga diproyeksikan untuk tetap menjaga suara pedukung bergelora di dalam bangunan stadion, sehingga dapat dirasakan juga oleh para pendukung, atau bahkan membuatnya merasa lebih dekat dengan para pemain.


Sejarah Stadion Juventus

Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juventus bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza d’Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto. Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali.Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.




Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Dan selama masa pembangunan stadion yang baru di bekas lahan Delle Alpi, maka Juventus memakai stadion Olympico, yang juga dikenal sebagai Comunale, dimiliki oleh kota Turin, yang sangat intensif melakukan pengembangan fasilitasnya untuk Olimpiade 2006. Stadion tersebut digunakan untuk pembukaan dan penutupan perayaan event tersebut. Sejak musim 2006/07, kedua klub di kota tersebut, Juventus dan Torino, bermain kandang untuk semua pertandingan di sana. Stadion tersebut dapat menampung 25.442 orang. Stadion Comunale sebelumnya dibangun pada tahun 30an. Pertandingan pertama yang dilangsungkan disana, pada 29 Juni 1933, adalah Juventus vs Ujpest (6-2), leg kedua dari perempat final Piala Eropa Tengah, turnamen pada masa itu yang meliputi klub dari Itali, Austria, Ceko, dan Hongaria. Juventus bertanding sebanyak 890 kali di Stadion Comunale antara 1933 dan 1990, dan meraih 17 kali juara liga disana dalam kurun waktu yang sama.

Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 7,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, bandingkan dengan Delle Alpi yang sebelumnya memiliki jarak 34 meter, dimana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.


Stadion Baru Juventus

Stadion ini mampu menampung sebanyak 41.000 penonton dan telah dirancang berdasarkan standar keamanan maksimum. Akses-akses masuk tanpa penghalang, dapat dilalui melalui empat pintu masuk pada bagian sudut stadion, stadion akan dikelilingi dataran landai yang luas, yang diproyeksikan agar menjadi kawasan hijau dimana bangunan dirikan.


Kawasan lingkar luar tersebut akan menjadi tempat yang aman untuk pemeriksaan tiket masuk serta tempat bagi layanan dan transportasi yang ditujukan untuk keadaan darurat bersiaga. Akses menuju anak tangga dan tribun dapat dilalui melalui 16 jalur masuk yang tersebar pada banyak sector, mengacu pada tata ruang yang dahulu digunakan untuk stadion yang lama. Dan yang terakhir, dalam keadaan-keadaan darurat, bangunan dapat dikosongkan dalam waktu kurang dari 4 menit.


Proyek ini diharapkan dapat mengembalikan kondisi seluruh lapisan bawah tanah Delle Alpi, termasuk area zona lapangan. Di bawah anak tangga akan dibangun area pelayanan jasa milik stadion dan juga klub. Kebutuhan-kebutuhan para pemain merupakan prioritas utama bagi para perancang, seperti: akses-akses menuju bangunan, ruang ganti, riang istirahat, pintu masuk menuju lapangan, semuanya telah direncanakan hingga meliputi aspek detail terkecil.





Area yang difungsikan untuk area komersial adalah seluas 34.000 m2, pada area tersebut akan dibangun galeri toko-toko, pusat perbelanjaan restoran, bar, farmasi dan juga museum Juventus. Kami juga menyediakan area seluas 30.000 M2 yang akan digunakan untuk taman-taman umum, taman bunga, alun-alun dan tempat parkir untuk 4000 mobil.


Karakteristik-Karakteristik teknis:
Kapasitas: 41.000 tempat duduk,
Tempat Parkir: 4.000 kapasitas parkir untuk mobil,
Total lahan pembangunan: 355.000 M2,
lahan internal stadion: 45.000 M2,
Area Jasa: 150.000 M2,
Area Komersial: 34.000 M2,
Lahan Hijau dan Alun-alun: 30.000 M2,


Jarak penonton terluar ke lapangan dan perbandingan antara stadion baru dengan kondisi Delle Alpi pada saat ini, ialah:
baris pertama Tribuna Ovest: 8,85 meter (28 meter)
baris terakhir Trivuna Ovest: 49 meter (68,30 meter),
baris pertama Tribuna 100: 8,85 meter (43,50 meter)
baris terakhir Tribuna 100: 26,50 meter (49,10 meter),
baris pertama Tribuna media: 33,80 meter (57,50 meter)
baris terakhir Tribuna media: 49 meter (59,10 meter),
baris pertama Curves: 8,85 meter (50 meter dari titik tengah kurva).

(sumber : Juventus.co.id)



Stadion baru milik Juventus ini jauh lebih modern dan mengikuti stadion-stadion di Inggris yang menawarkan one stop entertainment bagi para fans. Fans dapat menikmati fasilitas-fasilitas layaknya stadion klub besar Eropa seperti pusat perbelanjaan di area stadion, restoran, toko merchandise resmi, tur museum sejarah Juventus, hingga tur kamar ganti pemain.

Ini adalah sebuah fasilitas yang tidak bisa ditemukan di stadion-stadion lain di Italia. Bahkan dalam laga pembukaan Juventus melawan Parma pada hari Minggu, 11 September 2011, diliput oleh seorang utusan BBC yang bernama Emma Williams. Emma memberikan pujian khusus untuk kandang baru Juventus tersebut, menurutnya, Juventus Stadium ini lebih baik daripada stadion yang ada di Inggris. Stamford Bridge dan Emirates Stadium yang dikategorikan sebagai stadion yang paling modern di Inggris pun kalah. Emma juga mengatakan bahwa Juventus Stadium ini memang untuk pesepakbola profesional sejati dan memberikan yang terbaik untuk fans.
                                
Juventus dalam membangun stadion baru ini justru mengurangi jumlah kursi penonton dibandingkan Delle Alpi sebelum dihancurkan. Sebagai perbandingan, Delle Alpi mampu menampung hingga 67.000 penonton, sedangkan Juventus Arena hanya menawarkan kapasitas sebesar 41.000 tempat duduk bagi penonton. Pengurangan kapasitas penonton ini merupakan sebuah anomali bagi klub-klub Eropa yang membangun stadion mereka sendiri. Di saat banyak klub Eropa lain berusaha menambah kapasitas penonton di stadion, Juventus justru menguranginya. Alasannya adalah, dalam sejarah berdirinya Delle Alpi selama ini, sangat jarang tercatat tiket pertandingan bisa sold out dan stadion bisa dipenuhi oleh penonton. Kenyataannya, rata-rata kehadiran penonton justru hanya kurang lebih sepertiga dari kapasitas tempat duduk Delle Alpi. Hal ini tampaknya membuat Juventus berpikir untuk memperkecil kapasitas tempat duduk di Juventus Arena. Selain menghemat biaya pembangunan, juga agar tidak “mubazir” nantinya. Positifnya dari penurunan jumlah kapasitas adalah, penonton bisa lebih dekat dengan tim yang didukung dan penonton tak harus duduk terlalu jauh dari lapangan.






Masalah kedekatan penonton dengan pertandingan juga semakin ditunjang dengan kenyataan bahwa tempat duduk penonton kini semakin dekat dengan lapangan pertandingan. Meniru konsep stadion-stadion di Inggris, Juventus menghapus trek lari yang sebelumnya ada di Delle Alpi sehingga tribun penonton bisa lebih dekat dengan para pemain di lapangan. Sebagai gambaran, jarak antara tempat duduk penonton yang terdekat dengan lapangan kini hanya 7,5 meter, sedangkan jarak antara lapangan dengan penonton yang duduk di paling belakang adalah 49 meter. Ini juga merupakan salah satu perubahan yang paling mencolok di stadion baru milik Juventus ini.


Juventus juga menyediakan tempat duduk khusus (premium) di stadionnya. Sekitar 3.600 tempat duduk dikhususkan untuk kelas ini. Selain itu, dibangun pula 120 Box Executive , yang tentunya ditujukan bagi para eksekutif atau orang-orang penting yang hendak menonton pertandingan. Juventus tentu berharap bisa memaksimalkan kepemilikan stadion sendiri ini untuk menjaring pemasukan baru yang lebih besar dari para fans. Ini adalah sebuah hal yang tidak bisa dilakukan klub lain di Italia karena masalah kepemilikan stadion. Di Italia rata-rata hanya 13 persen pemasukan klub yang berasal dari kehadiran penonton, bandingkan dengan 27 persen yang didapat oleh klub-klub di Jerman dan Inggris. Stadion lama memberikan Juventus € 11 juta per musim, sedangkan stadion baru ini ditargetkan bisa membuat klub mendapatkan €32 juta per musim. Dan tentu hal ini akan membantu Juventus dalam memenuhi peraturan Finacial Fair Play, dimana lewat stadion baru ini, Juventus bisa mendapatkan pemasukkan lebih untuk keuangan klub. Peran serta investasi Nike dan Sony juga membantu dalam pembangunan Juventus Stadium tersebut. Juventus juga bisa mendapatkan dana lebih dengan menjual nama stadion ke pihak sponsor, gosipnya hak nama stadion akan diberikan kepada Sportfive (semacam broker olahraga), yang sudah membayar klub dengan nilai kesepakatan mencapai €75 juta, Sportfive kemudian akan mencari sponsor yang akan mengunakan stadion baru Juventus tersebut dengan namanya, namun belum ada pernyataan resmi klub mengenai hal tersebut. Saat ini nama yang digunakan masih Juventus Stadium.


0 comments:

Post a Comment